0. Bukan basa-basi

According to the legend, whoever steps into Bächle will marry a person from Freiburg.”

Kota Freiburg, salah satu gerbang menuju keanggunan Schwarzwald (bahasa Indonesia: Hutan Hitam, bahasa Inggris: Black Forest) bersama “legenda”nya. Takhayul yang menggelitik. Aku tahu, bukan pemandangan aneh jika ada seseorang terjatuh tanpa sengaja di Bächle. Karena letak Bächle tak dibatasi apa-apa. Pada masa lampau, Bächle digunakan penduduk kota Freiburg sebagai pasokan air untuk kebutuhan rumah tangga, peternakan, dan perindustrian. Menjadikan Bächle sebagai tempat pembuangan sampah atau kotoran merupakan perbuatan terlarang oleh pemerintah setempat, kau akan dikenai sangsi denda sejumlah uang. Peraturan ini berlaku sampai sakarang. Jadi, seandainya kau berkunjung ke Freiburg jangan pernah membuang sampah di Bächle kalau tak ingin kena denda. Kebersihan sebagian dari iman. Bukan begitu?

Selain mitos Bächle, Freiburg merupakan kota tua peninggalan abad pertengahan. Freiburg terletak di perbatasan Swiss dan Perancis. Banyaknya universitas di Freiburg juga membuat Freiburg mendapat julukan kota pelajar. Keunggulan lain, Freiburg setiap tahun disinari matahari selama 2000 jam dan menjadi kota paling hangat di Jerman.

Percayakah kalian dengan mitos dan legenda? Bagiku mitos dan legenda adalah pewarna hidup. Tanpa mitos, kau mungkin tak akan pernah mengerti betapa kompleks kehidupan masa lalu jauh sebelum kau lahir. Contoh mitosnya adalah keberadaan ‘bangsaku’. Apakah kalian percaya? Mungkin sebagian ada yang percaya adanya ‘aku’, sebagian menganggap ‘aku’ makhluk fiksi karangan manusia. Seiring waktu dirimu tumbuh, kau mulai menyadari ‘mitos’ yang sering diceritakan orang tuamu terkadang ada benarnya, dapat memengaruhi hidupmu secara tak langsung. Mitos kau anggap tak ada bukti berubah menjadi teror pembuat tak nyenyak tidur.

Untuk kau ketahui; tercipta sebagai mahkluk di antara putih dan hitam bukan perkara mudah. Jauh lebih berat daripada benar-benar ada di salah satu sisinya. Lalu aku pun memutuskan ingin bercerita tentang apa yang telah membuat sebagian dari kalian penasaran.
Malam-malam menulis cerita ini cukup berat. Bukan karena writer block menyerang, tetapi memikirkan cara bagaimana supaya cerita ini lancar selama proses pembuatan. Lalu, apa masalahnya?

Jelas menjadi masalah kalau tak ada yang dapat membantu menuliskan dan menceritakan semua tentang sosok pendamping hidupku di dalam cerita. Aku kerap datang selama penulisan dan duduk di sebelah penulis. Mulanya ingin menyerah dan meminta penulis untuk menghapus failnya. Penulis baik hati itu tak pernah berhenti menyemangati agar kisah ini selesai sesuai harapan. Bahkan setiap malam, aku rela pulang pergi menemui si penulis. Ikut berbaring di tempat tidurnya sambil berdiskusi.

Ini adalah karya perdana berkolaborasi bersama manusia. Aku tak menjanjikan cerita ini membuat kau terbawa perasaan atau memaksa dirimu mempercayai ‘keberadaanku’. Hanya satu hal aku ingin kau tahu, “yang tak ‘terlihat’, bukan berarti tak ada.”

No comments:

Post a Comment